Bagian Radiologi
Ketua Bagian:
|
Perkembangan Antara Tahun 1961-1970
Pada mulanya Bagian Radiologi dari kompleks Ruang Bersalin RSUP Semarang. Kemudian pergilah Pavilyun Yohannes RSUP dr. Kariadi sekarang ini. Periode ini dipimpin oleh dr. M. Martono, seorang Pulmonolog / Radiolog. Kegiatan berupa radiografi polos dada, abdomen dan tulang. Pelayanan radioterapi dengan pesawat khusus belum ada.
Pada periode ini tenaga radiolog bertambah dengan datangnya dr. Dradjat Nitidiningrat. Beliau pernah memperdalam Angiokardiograñ dan Neuroradiologi di Kanada. Dengan pertambahan tenaga, maka pemeriksaan diagnostik mulai dengan kontras (selain foto polos), sedang radioterapi sudah pula menggunakan pesawat khusus yakni Cesium 137 dan terapi sinar-X.
Pendidikan spesialis dimulai dengan residen pertama dr. Sundjoto. Pendidikan radiologi untuk mahasiswa FK. Undip sudah ada. Pada periode akhir ini terjadi penggantian Kepala Bagian dan ‘dr. M. Manono kepada dr. Dradjat Nitidiningrat, karena dr. M. Martono memasuki masa pensiun.
Perkembangan Antara Tahun 1971-1980
Pada tahun 1972 bertambah lagi 2 tenaga radiolog yaitu dr. Abubakar (pindahan dari FKUI) dan dr. Sundjoto yang telah lulus spesialisKemudian berturut-turut naik tenaga radiolog lulusan FK Undip yaitu dr. Lukito Handoyo, dr. Djoko Untung Trihadi, dr. R. Oetomo dan dr. Y. Suwito. Pada masa ini dr. Sundjoto memperdalam radioterapi di Nederland.
Pemeriksaan diagnostik lebih berkembang yakni pemeriksaan Angiografi dan pemeriksaan invasive lainnya. Adanya ahli radioterapi dr. Sundjoto dibantu dr. Lukito Handoyo serta penambahan pesawat-pesawat radioterapi seperti Stabilipan dan Cobalt 60, memungkinkan pelayanan radioterapi menjadi sangat lancar. Pada periode ini dr. Dradjat Nitidiningrat dan dr. Sundjoto diangkat sebagai anggota Majelis Penguji Ahli Radiologi Indonesia (MPARI). Ujian spesialis radiologi dilaksanakan secara nasional. Dan pada periode ini Laboratorium Radiologi FK Undip ditetapkan sebagai tempat Pendidikan Dokter Spesialis I.
Perkembangan Antara Tahun 1981-1990
Pada periode ini dua orang radiolog lulusan FK. Undip diterima sebagai staf pengajar, yaitu dr. Adji Suroso dan dr. FX. Hartono. Pemeriksaan diagnostik lebih berkemdengan adanya Gamma Camera SPECT. Pemeriksaan ginjal dan tiroid dengan kedokteran nuklir merupakan pemeriksaan rutin.
Sekarang sudah terpasang pesawat radioterapi yang disebut Linier Accelerator. Adanya alat-alat baru dan canggih tersebut, diikuti peningkatan kemampuan dan ketrampilan para staf yang mengikuti kursus-kursus singkat di dalam ataupun di luar negeri.
Dengan demikian pendidikan untuk mahasiswa dan residen berjalan lebih lancar. Lamanya finishing touch bagi calon peserta ujian spesialis radiologi FK. Undip menjadi lebih pendek. Atas prakarsa dr. Drajat Nitidiningrat, diadakan pertemuan Radiologi Regional tiap 3 bulan, yang diikuti radiolog/residen dari Semarang, Yogyakarta, Solo dan kota-kota lain di Jawa Tengah dan DIY.
Pada tahun 1989 Kepala Laboratorium/UPF Radiologi dr. Drajat Nitidiningrat wafat dalam usia 65 tahun. Tahun 1990 mantan staf dr. M. Martono meninggal dunia. Dr. Lukito Handoyo memasuki masa pension. Dengan wafatnya dr. Drajat Nitidiningrat maka tugas sebagai Kepala Laboratorium dilaksanakan oleh dr. Abubakar, sedangkan kepala UPF oleh dr. Sundjoto.
Pada saat ini Radiologi terdirio dari 4 Subbagian :
- Diagnostik dipimpin oleh dr. Abubakar
- Radioterapi dipimpin oleh dr. Sundjoto
- Kedokteran Nuklir dipimpin oleh dr. Djoko Untung Trihadi
- Ultrasonografi dipimpin oleh dr. Adji Suroso
Sebagai tempat pendidikan PPDS I, diadakan peremajaan/penggatian ketua dan sekretaris Program Studi : Pada periode 1980-1990: KPS dr. Abubakar, sekretaris dr. Lukito Handoyo. Periode 1990-sekarang : KPS dr. Djoko Untung Trihadi, sekretaris dr. Y. Suwito.
Prospek yang ingin dikembangkan
- Penambahan staf pengajar di samping peningkatan mutu akademik staf pengajar yang sudah ada.
- Menggalakkan minat penelitian
- Memperlancar kenaikan pangkat para staf.
- Mengupayakan memiliki alat ultrasonografi, tidak hanya penting untuk pelayanan pasien tetapi juga penting untuk pendidikan bagi peserta PPDS I.
Periode Tahun 1991- Sekarang
Pada periode ini bagian Radiologi mengalami perkembangan yang cukup pesat, antara lain dalam jumlah staf dan sarana atau peralatan. Penambahan spesialis radiologi sebagai home staff adalah dr. Eko Kuntjoro, Sp. Rad (1993), dr. Nasirun Zulqarnain, Sp.Rad (1994), dr. Eddy Sudijanto, Sp.Rad (1995), dr. F. Mardiana, Sp.Rad (1998), dan dr. Subandini, Sp. Rad (2000). Pada tahun 1994 dr. Susatyo Pranoto, SpKN masuk sebagai ahlil Kedokteran Nuklir dan tahun 1995 Ir. Vivi Vira Viridianti diterima sebagai staf ahli Fisika Nuklir.
Pada masa ini dr. Abubakar Sp. Rad sudah menjabat sebagai Ketua Lab/Ketua Bagian dengan KPS dr. Djoko Untung T, Sp. Rad. Sedangkan sebagai SPS adalah dr. Y. Suwito, Sp. Rad. Dan pada tahun 1997 dr. Djoko Untung T, Sp.Rad sebagai Ketua Lab sampai sekarang dengan KPS dr. Y. Suwito dan SPS dr. Eddy S merangkap sekretaris bagian.
Pada tahun 2000 dr. Y. Suwito memasuki masa pensiun sehingga sejak 2001 jabatan KPS diserahkan kepada dr. Eddy S dan SPS adalah dr. Mardiana dan sekretaris Bagian dr. Nasirun. Koordinator Pendidikan Mahasiswa (Kordik) dari dr. Y. Suwito diganti dr. Nasirun sejak tahun 1997 sampai sekarang. dr. Sunjoto SpRad yang memasuki usia pensiun pada tahun 1994 tetap sebagai konsultan Onkologi Radiasi.
Sejak tahun 1995 sesuai SK Direktur RS mengenai struktur organisasi RS yang baru, UPF Radiologi terbagi menjadi :
Instalasi Radio Diagnostik (dipimpin dr. Adji Suroso SpRad), Instalasi Radio Terapi (dipimpin dr. Eko Kuntjoro Sp.Rad), dan Instalasi Kedokteran Nuklir (dipimpin oleh dr. Susatyo Pranoto SpKN).
Staf Medik Fungsional dipimpin oleh dr. Djoko Untung Trihadi SpRad. Dengan bertambahnya staf dan sarana maka pelayanan kepada pasien maupun pendidikan mahasiswa kedokteran dan PPDS I semakin bertambah baik.
Penambahan sarana alat-alat penditraan Diagnostik didukung oleh bantuan dari APRO Negeri Semarang tahun 1993 anatara lain berupa Pesawat General Purpose, Fluoroscopy, Mammography X Ray Unit serta USH (Shimadzu).
Pada tahun 2000 mendapat pesawat diagnostic canggih yaitu Magnetik Resonance Imaging 0,5 T (Tonicon Bruker). Instalasi Radioterapi mendapat tambahan beberapa alat yang menunjang penuingkatan jumlah maupun mutu pelayanan Radioterapi. Tahun 1996 mendapat alat Co Teleterapi, (Alcyon II) Simulator, Brachyterapy (Curietron) dan Treatment Planning System Unit.
Pada tahun 2001 pesawat Brachyterapy dengan sumber radiasi kekuatan tinggi (Nucletron) yang memungkinkan pemberian radiasi dalam waktu lebih singkat dan memingkinkan penggunaan radiasi intra caviter untuk kasus-kasus selain karsinoma serviks misalnya karsinoma nasopharyng.
Pelatihan singkat berhubungan dengan diperolehnya peralatan-peralatan baru anatara lain: dr. Adji Suroso, dr. Nasirun, dan dua Radiografer ke Perancis untuk pelatihan MRI. Dr. Y. Suwito, dr. Eko Kunjoro dan Ir. Vivi dari teknisi ke Perancis dan Belanda untuk pelatihan Brachyterapy. Program pendidikan spesialis yang lebih banyak menerima pelajar dan sejak tahun 1991 sampai sekarang melalui ujian nasional MPRI, telah berhasil lulus 43 spesialis radiologi.
Tambahan keterangan untuk periode tahun 1981-1990: pada tahun 1987 mendapat alat CT Scan (Hitachi).
(Sumber: dr. Abubakar)
Komentar Terbaru